Senin, 08 September 2014

Survey, Quick Count, dan Exit Poll dalam Pemilu


Ada banyak peran di dalam dunia politik. Seseorang bisa tergabung di dalam masalah politik dengan menjadi media, pemilih, organisasi partai, contributor, serta grup yang hanya tertarik dengan politik seperti aktivis contohnya. Di dalam dunia politik juga terdapat banyak kegiatan, seperti survei, quick count, exit poll, dan real count.

Survei

Survei menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan suatu teknik riset dengan memberi batas yang jelas atas data, penyelidikan, dan peninjauan. Survei sangat bermanfaat di berbagai bidang salah satunya adalah bidang politik. Survei diyakini mampu mendeteksi opini, preferensi, dan aspirasi publik mengenai suatu  hal termasuk bidang politik seperti kebijakan-kebijakan politik dan tokoh-tokoh politik. Melalui survei, pendapat dan persepsi public akan diracik dari sejumlah orang yang menjadi sampel untuk mempresentasikan populasi.
Survei opini publik membantu mendekatkan keputusan-keputusan publik dengan aspirasi publik, sehingga elit mengetahui keputusan mana yang tidak disukai oleh publik tetapi tetap harus dijalankan dan dijelaskan secara detail kehadapan publik. Dengan survei sebagai barometer diharapkan suatu pemerintahan menjadi legitimate, stabil, bertanggungjawab, dan efektif. Survei yang dilakukan secara benar merupakan cara yang efektif, efisien, dan akurat dalam merangkum opini publik. Di negara-negara dengan demokrasi yang telah maju selalu ditandai dengan lembaga survei/ polling yang kuat.

Sejarah Survei
Setelah masa orde baru, dikabarkan bahwa survei pertama dilakukan pada saat paska pemilu tahun 1999 Untuk meneliti perilaku pemilih dan setelah itu baru berkembang dan berdirilah Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada tahun 2003.

Survei Perilaku Pemilih
Penelitian mengatakan bahwa pemilih (voters) cenderung lebih memilih orang yang telah dikenal sebelumnya oleh publik dibandingkan orang baru. Misalnya, artis memiliki kesempatan besar untuk duduk di kursi pemerintahan dikarenakan masyarakat telah mengenal atau minimal pernah mendengar tentang mereka dibanding dengan politisi baru yang belum dikenal. Selain dikenal mereka juga harus bisa membuat publik menyukai mereka. Percuma jika piblik mengenal nama mereka dalam pandangan yang negatif. Dengan begitu kemungkinan mereka untuk dipilih oleh masyarakat semakin besar.

Pergeseran Perilaku Politik
Pergeseran yang bisa kita lihat disini adalah mengenai munculnya pemilih - pemilih yang rasional. Banyak sekali sekarang masyarakat yang sudah menjadi sangat rasional dalam menentukan pilihan mereka, mereka tidak lagi terpaku kepada satu partai tetapi lebih kepada tokoh yang dianggap capable dan lebih menguntungkan bagi mereka. Misalnya jika ayah mereka pendukung partai Gerindra, seorang pemilih yang rasional tidak akan semata - mata karena mengikuti ayahnya lalu ikut mendukung partai Gerindra. Dia akan meneliti dengan seksama kira - kira tokoh mana yang lebih kompeten untuk dipilih dan bisa saja dalam satu keluarga terdapat dukungan untuk partai yang berbeda - beda.

Kontroversi Survei
Kontroversi dari survei ini muncul akibat adanya perbedaan pendapat yang menyatakan apakah survei tersebut berfungsi untuk memonitoring opini public atau untuk menggiring opini public. Hal yang paling mendasar dari survei adalah survei tersebut harus bersifat independen, non partisipan tidak memiliki afliasi dengan partai politik maupun tokoh atau kelompok. Survei bisa salah tetapi satu hal yang pasti yaitu survei tidak boleh berbohong.

Quick Count / Pararel Vote Tabulation
Quick Count adalah pencatatan hasil perolehan suara di ribuan tempat pemungutan suara yang dipilih secara acak (sampel). Di dunia pertama kali diselenggarakan pada tahun 1986 oleh lembaga pemantau pemilu Filiphina, NAMFREL. Sedangkan di Indonesia pertama kali dilakukan oleh LP3ES (Lembaga Penelitian Pendidikan Penerangan Ekonomi dan Sosial) bersama dengan NDI (National Democratic Institute) pada pemilu tahun 2004.

Quick Count dapat dikatakan sebagai bagian dari kontrol terhadap pemilu dan juga merupakan bagian dari upaya dalam menegakkan demokrasi serta mendorong berlangsungnya pemilu yang adil dan jujur. Teknik Quick Count ini juga  sangat berguna untuk negara yang memiliki letak geografis yang menantang serta teknologi perhitungan suara real count yang sangat lamban.
Pada tahun 2014 ini, Indonesia merayakan pesta demokrasi, dimana Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) dilaksanakan. Pileg berlangsung aman dan damai pada 9 April 2014. Hasilnya tiga suara terbesar diperoleh oleh PDIP (18,95%), Golkar (14,75%), dan Gerindra (11,81%). Sesuai dengan peraturan UU, hanya partai yang memperoleh suara lebih dari 20% dalam Pileg yang boleh memajukan calon presidennya sendiri. Karena itu, dalam Pilpres 2014, partai politik harus berkoalisi untuk dapat memajukan calon presidennya.

Pilpres 2014 dilaksanakan pada 9 Juli 2014. Uniknya, pada quick count Pilpres kali ini ada 7 survei yang memenangkan Jokowi-JK dan 4 survei yang memenangkan Prabowo-Hatta. Hal ini disebabkan perbedaan sampel yang digunakan dalam survei. Namun, real count yang dilakukan KPU menyatakan pasangan Jokowi-JK yang menang atas pasangan Prabowo-Hatta dengan selisih 6,3% suara.

Proses Quick Count

1.       Menentukan Sampel TPS
TPS harus diambil secara aca dan representative dengan mewakili karakteristik populasi di Indonesia. Semakin besar jumlah sampel TPS, semakin kecil margin of error atau kesalahannya.  Metode acak (random sampling) menjadi penentu akurasi survei.

2.       Merekrut Relawan
Para relawan ini bertugas memantau TPS hingga rekapitulasi suara untuk dikirimkan ke pusat data.

3.       Simulasi quick count
Uji coba dilakukan pada mesin quick count untuk mengecek apakah mesin berfungsi dengan baik atau tidak. Simulasi ini bertujuan untuk mengetahui kelemahan mesin quick count, dan meminimaisir human error.

4.       Mengirim rekapitulasi ke pusat data
Rekapitulasi suara dalam formulir C-1 dikirimke pusat data dengan layanan pesan singkat atau SMS. Seteah itu proses tabulasi dimulai.

5.       Mengolah data dan menampilkan hasil
Setelah data lapangan masuk ke pusat data, maka data terseut dioleh melalui software. Proses ini dilakukan engan sistem statistika yang dapat dipertanggungjawabkan.

Exit Poll


Metode ini adalah polling terhadap hasil sebuah pemiihan yang dilakukan dengan menanyai pemilih setelah mereka keluar dari TPS. Responden dari exit poll adalah masyarakat yang baru saja melakukan pemilu.  Target exit poll adalah data demograi pemilih, bukan memprediksi siapa yang menang dalam pemilu atau pilkada. Data demografi yang dicari biasanya adalah usia, agama, suku, gender, tingkat pendidikan, pendapatan, latar belakang pilihan partai, agama, dan lain sebainya.






Kelompok dengan Ibu Dra. Sarah Santi, Msi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar