Desember 2015, negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, akan memasuki era baru penerapan perdagangan bebas kawasan Asia Tenggara, yaitu ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya.
AFTA
sendiri dibentuk ketika Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN IV di Singapura
1992. Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA adalah adanya kesepakatan
untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunai Darussalam pada
tahun 2010, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapura, dan Thailand, dan bagi
Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015.
Manfaat
dan Tantangan AFTA Bagi Indonesia
Manfaat:
- Peluang pasar yang semakin besar
dan luas bagi produk Indonesia, dengan penduduk sebesar ± 500 juta dan
tingkat pendapatan masyarakat yang beragam;
- Biaya produksi yang semakin rendah
dan pasti bagi pengusaha/produsen Indonesia yang sebelumnya membutuhkan
barang modal dan bahan baku/penolong dari negara anggota ASEAN lainnya dan
termasuk biaya pemasaran;
- Pilihan konsumen atas jenis/ragam
produk yang tersedia di pasar domestik semakin banyak dengan tingkat harga
dan mutu tertentu;
- Kerjasama dalam menjalankan bisnis
semakin terbuka dengan beraliansi dengan pelaku bisnis di negara anggota
ASEAN lainnya.
Tantangan:
- Pengusaha/produsen Indonesia dituntut
terus menerus dapat meningkatkan kemampuan dalam menjalankan bisnis secara
profesional guna dapat memenangkan kompetisi dari produk yang berasal dari
negara anggota ASEAN lainnya baik dalam memanfaatkan peluang pasar
domestik maupun pasar negara anggota ASEAN lainnya.
Dikarenakan
manfaat dan tantangan adanya AFTA ini, sumber daya manusia Indonesia mau tidak
mau harus siap dengan persaingan yang semakin ketat, dimana para pesaingnya
tidak hanya dari masyarakat local tetapi juga dari masyarakat luar. Oleh
karenanya tidak hanya kemampuan, tetapi juga kreatifitas masyarakat Indonesia
sangat berperan disini. Kreatifitas dianggap penting karena dengan adanya
kreatifitas maka perkembangan masyarakat Indonesia akan signifikan dengan
inovasi-inovasi yang selalu bermunculan.
Banyak
yang mengatakan kreatifitas akan tumbuh dan terpompa apabila anda mendapatkan
tekanan atau menghadapi deadline,
tetapi bukan berarti kita harus dihadapkan dengan deadline terlebih dahulu baru berpikir kreatif bukan? Apabila kita
memiliki pola piker yang seperti itu maka ketika AFTA nanti, sumber daya
manusia Indonesia dipastikan tidak dapat bersaing dengan sumber daya manusia
asing. Oleh karenanya penting adanya dari sekarang kita mulai berpikir dan
mengasah kreatifitas kita.
Berikut
beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengasah kemampuan berpikir kreatif
kita.
1. Jangan
terlalu cepat membuat asumsi.
Bila anda ingin menarik
kesimpulan, usahakan anda sudah mendapatkan informasi yang cukup.
2. Lihat
hal dari sudut pandang orang lain.
Dengan melihat dari
sudut pandang orang lain, mungkin anda akan menemukan yang selama ini anda
belom pernah temukan.
3. Hindari
berpikir yo-yo.
Berpikir yo-yo disini
maksudnya adalah pola berpikir anda yang tergantung oleh mood anda, oleh
karenanya usahakan agar anda tidak berpikir berdasarkan mood.
4. Menghilangkan
kebiasaan malas berpikir.
Jangan berpikir bahwa
apa yang terjadi adalah sesuatu yang ‘biasanya’. Lakukan analisis yang mendalam
dan nikmati analisis tersebut.
5. Berpikirlah
seperti anak kecil.
Jangan malu dengan umur
anda, justru berpikirlah kreatif seperti anak-anak dimana anda tidak pernah
takut salah akan pikiran kreatifitas anda.
6. Lihat
secara detail dan secara keseluruhan.
Lihat suatu
permasalahan secara garis besarnya dan secara detailnya, maka akan semakin
banyak informasi yang anda dapatkan.
7. Pikirkan
untuk diri anda.
Jangan pikirkan
pendapat orang lain tentang anda terutama yang merusak anda, lakukanlah bahwa
ini yang benar-benar ingin anda lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar